Pancasila, Leitstar Menjawab Tantangan Zaman Menuju Masa Depan Indonesia Raya, Abdy Yuhana (3)

  • by
Materi PPKn, Apa Saja Fungsi Pancasila bagi Bangsa Indonesia? - Semua  Halaman - Bobo

CIREBONRAYA – Tantangan Zaman Menuju Indonesia Raya. Di tengah arus globalisasi di mana kecenderungan adanya ideologi alternatif merasuki kedalam sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat di jangkau oleh entitas anak bangsa.

Dua ideologi yang tengah menguat dalam kontek internasionalisme yaitu paham liberalisme dan paham radikalisme agama maka bagi bangsa Indonesia perlu untuk keluar dari dominasi dua ideologi tersebut dan tentunya adalah kebutuhan akan kokohnya Pancasila sebagai ideologi Negara.

Liberalisme yang mengagungkan paham individualisme menghendaki adanya kebebasan yang tak terbatas dimiliki oleh setiap individu dalam sebuah Negara sehingga peran Negara menjadi sedikit dan dipraktekan dengan demokrasi mayoritas dalam kontek Indonesia.

Selain tidak sesuai dengan budaya gotong royong juga sejatinya sudah ditinggalkan oleh Negara-negara di dunia.

sebagaimana diungkapkan oleh Arend Lijphart, kebanyakan pemerintah demokratis lebih menganut model konsensus atau demokrasi yang mengarusutamakan konsensus, dan hal ini sudah sejalan dengan Pancasila yang mengambil jalan musyawarah mufakat sebagai pedoman dalam mengambil keputusan

Kesadaran berbangsa dan bernegara perlu melihat potensi yang dimiliki berdasar pada geografi politik yang ada. Napoleon pernah mengatakan bahwa, politik negara berada dalam geografinya. Senada dengan Bismarck berpendapat, hanya satu hal yang tidak pernah berubah dalam politik-politk negara yaitu geografinya. Sementara seorang pemikir dasar geopolitik dan geostrategic modern Spykman berpendapat: para diktator dapat berlalu, tetapi gunung-gununglah yang selalu berada di tempat yang sama (Yuhana, 2020).

Menjadi relevan jika melihat resources yang dimiliki Indonesia, bahwa negara ini akan menjadi negara yang besar dan bersaing dengan negara maju lainnya. Indonesia memiliki dua modal utama, pertama, potensi bonus demografi. Kedua, sumber daya alam yang melimpah.

Pada tahun 2045 Indonesia genap memasuki usia 100 tahun. Perubahan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Seperti diketahui, perubahan besar dunia hamper selalu terjadi setiap seratus tahun sekali. Pada tahun 1700-an ditemukan mesin uap oleh James Watt, kemudian ditemukan listrik oleh Michael Faraday dan lampu listrik oleh Thomas Alva Edison tahun 1800-an. Lalu komputer ditemukan bersama internet pada tahun 1900- an. Dan saat ini perubahan dunia kembali datang Revolusi 4.0 dengan bertumpu pada kecerdasan buatan, kecepatan internet dan pengelolaan big data.

Saat ini Perubahan dunia yang dikenal dengan era disrupsi akan mengiringi perjalanan bangsa Indonesia kedepan. Seperti bonus demografi, perkembangan informasi dan teknologi, semakin menguatnya perang dagang dalam geopolitik internasional maupun belum selesainya Indonesia sebagai negara dalam membangun ‘rute’ mencapai tujuan bernegara dan janji kemerdekaannya. Dalam konteks mengimbangi dan mengikuti ‘irama’ global maka perlu di dorong investasi pada pembangunan sumber daya manusia termasuk di dalamnya riset dan teknologi. Sumber Daya Manusia perlu memperhatikan faktor pendidikan dan kesehatan.

kedua hal tersebut adalah faktor penting menuju Indonesia Emas 2045, 100 Tahun Indonesia merdeka. Laporan Bank Dunia menunjukan kualitas SDM Indonesia saat ini memprihatinkan. Kebanyakan orang Indonesia tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan di era Industri 4.0 atau bahkan untuk Industri 2.0.Anak usia 15 tahun di banyak kota besar Indonesia seperti Jakarta belajar lebih sedikit ketimbang remaja seusianya di pedesaan Vietnam (Lemhannas, 2021). Selain itu, Bank Dunia pada 2020 juga mengungkap beberapa kondisi pendidikan di Indonesia: (1) Pelajar Indonesia meski pergi kesekolah selama 12,4 tahun tapi hanya belajar setara dengan 7,8 tahun. (2) Rendahnya investasi untuk perkembangan dan pendidikan anak usia dini, hanya 2% dari jumlah anggaran di berbagai provinsi. (3) Adanya ketidaksetaraan dalam belajar. Meski ada peningkatan akses pendidikan, ketidakadilan dalam belajar tetap menjadi tantangan utama.(4) Ada tantangan di era Industri 4.0 yang melahirkan perubahan dramatis, membutuhkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan (upskill) dan mengasah kembali keterampilan (resklill) para pekerja (Lemhannas, 2021).

Fondasi kemajuan negara seperti Jepang, Korea Selatan, Cina, Vietnam dan bahkan Negara Eropa Barat bertumpu pada pembenahan pada bidang kesehatan dan pendidikan. Memastikan generasi mudanya mendapatkan asupan gizi yang baik sejak dari janin dan memperoleh pendidikan yang bermutu. Sehingga pendidikan dan kesehatan jika di ilustrasikan ibarat computer perangkat keras (hardware), mereka harus bagus dan kuat, sehingga dapat di isi dengan berbagai perangkat lunak (software) bermutu.

Meskipun dalam konstitusi dicantumkan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN namun demikian belum menjamin akan terciptanya manusia Indonesia unggul yang berkarakter jika tidak dibarengi faktor lain seperti pembangunan karakter berperadaban nusantara dan pemenuhan kebutuhan kesehatan. Masalah mendesak tentang kesehatan adalah stunting (gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi), wasting (kekurangan gizi sehingga membuat badan menjadi kurus) dan obesitas (kegemukan). Pasalnya, dua hal itulah yang menopang dan menjadi dasar bagi kemajuan suatu bangsa, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM). Sebagai contoh, negara-negara yang maju secara pesat dengan mengandalkan SDM adalah RRC, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Hongkong. Padahal, jika saja SDM di indonesia unggul dengan ditopang Sumber Daya Alam melimpah yang dimiliki menjadi keniscayaan Indonesia menjadi negara dengan pengaruh besar dalam kancah persaingan global.

Indonesia diprediksi mendapatkan bonus demografi dalam rentang 2020-2030. Dengan demikian, apabila bonus demografi ini bisa dikelola dengan baik dan profesional oleh pemerintah, maka Indonesia bisa mendapatkan manfaat besar. Senada dengan hal tersebut, Presiden Joko Widodo mengatakan, Bonus demografi ibarat pedang bermata dua. Satu sisi adalah berkah jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia tidak dipersiapkan dengan baik (Savitri, 2019).

Letak Indonesia yang strategis berada di antara dua benua, Benua Asia dan Benua Australia, dan diantara dua Samudera, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Dengan luas wilayahnya yang 75 persen dikelilingi laut, panjang garis pantai 95.181 KM, negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di dunia, 17.440 ribu pulau, 129 Gunung merapi, kekayan alam yang tidak terbarukan, 1128 suku, 746 bahasa, jarak dari sabang sampai merauke 5428 km. Jarak yang sama antara Teheran ke London, melintasi 10 negara eropa. Sumber daya manusia Indonesia berjumlah 270 juta orang lebih. Semua unsur terpenting majunya suatu bangsa ada semua di Indonesia.

Takdir geopolitik Indonesia adalah anugerah dari Tuhan yang tidak bisa dkesampingkan. Alih-alih menjadi bangsa yang besar namun jika manusia Indonesia tidak lagi peka dan memahami potensi besar geopolitiknya, maka ia akan tetap jatuh menjadi bangsa Kuli di antara bangsa-bangsa (een natie van koelies, en een kolie onder de naties).

Simpulan

Pancasila sebagai leitstar, sebagai pedoman dalam mengelola kehidupan bermasyarakat, berbangsadanbernegara menunjukkanbahwatidakadastaatide (konsep Negara) lain yang tepat bagi bangsa Indonesia selain Pancasila. Dasar negara kita itu dapat memperkokoh persatuan, keutuhan dan kesatuan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Oleh karenanya, dalam konteks kehidupan masyarakat dibutuhkan relasi yang kuat antara sikap toleran dan kemauan menerima segala perbedaan-perbedan yang ada di masyarakat. Keberagaman harus dikelola sebagai modal sosial bagi bangsa Indonesia. Dalam hal berbangsa, Pancasila menghendaki bahwa keindonesiaan yang sudah diikatkan menjadi semakin kokoh dan dalam konteks bernegara dengan segala aktivitas kemasyarakatan dan kenegaraan harus bersumber pada konstitusi Indonesia yaitu UUD 1945 yang juga di dalam pembukaannya termuat silasila Pancasila dalam alinea ke- 4.

Pada tahun 2045 Indonesia genap berusia 100 tahun. Tentu masih banyak pekerjaan rumah untuk segera diselesaikan. Indonesia mempunyai potensi untuk menjadi negara maju. Oleh karena itu untuk mencapai ke arah kemajuan negara saat ini Indonesia membutuhkan rute, arah yang dilalui secara tepat sehingga tidak salah arah, salah jalan dan salah mencapai tujuan dalam bernegara. Begitupun Indonesia sebagai sebuah negara dalam menepati janji kemerdekaannya, tujuan negaranya harus memiliki rutenya. Pertanyaannya dari mana mulainya rute itu? Ada beberapa hal yang bisa dijelaskan yaitu pertama, kesadaran akan potensi dan keadaan wilayah yang dimiliki Indonesia. Kedua, kesepakatan dalam bernegara sebagai acuan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan ketiga, sinergi dalam membangun bangsa yaitu membangun peradaban bangsa, membangun SDM unggul dan pemerataan dan keadilan pembangunan. Itulah haluan bagi Indonesia yang saat ini belum dapat kita petakan dan lalui dengan baik.

Bagi Indonesia, menjadi negara besar, maju dengan daya saing yang tinggi dan diperhitungkan sebagai salah satu kekuatan global di dunia, adalah sebuah keniscayaan yang akan menemui kenyataannya. Hal ini karena kondisi obyektifnya terpenuhi dari potensi yang dimiliki. Namun demikian, bisa jadi sebaliknya jika tidak ada kesadaran bersama dari seluruh komponen bangsa tentang pemahaman yang kongruen, sebangun tentang pentingnya rute, arah dalam bernegara demi kemajuan dan berdiri tegaknya Indonesia Raya

Sumber : https://www.cirebonraya.com/ragam/pr-4376619314/pancasila-leitstar-menjawab-tantangan-zaman-menuju-masa-depan-indonesia-raya-abdy-yuhana-3-habis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *